1. Apa Itu TBC Paru ?
Menurut Departemen Kesehatan RI (1997), TB
paru adalah suatu penyakit menular yang bersifat menahun, disebabkan oleh kuman
microbakterium tuberculosis, yang paling sering dihinggapi adalah paru – paru.
2. Penyebabnya Apa Thoo..?
Penyebab Tuberkulosis adalah
Mycobakterium tuberculosis, sejenis kuman berbentuk batang dengan ukuran
panjang 1 – 4 /Um dan tebal 0,3 – 0,6 /Um. Sebagian besar kuman terdiri dari
asam lemak (Lipid). Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam
dan lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik.
3. Lalu…!!! Bagaimana Proses Terjadinya ?
Permulaan tuberkolosis paru
terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi droplet dalam
udara. Partikel ini dapat menetap dalam udara bebas 1 – 2 jam, tergantung pada
ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang baik dan kelembaban. Dalam
suasana lembab dan gelap kuman dapat bertahan berhari – hari sampai berbulan –
bulan. Bila kuman menetap di Jaringan Paru, akan membentuk sarang tuberkolosis
yang disebut sarang primer. Dari adanya
sarang primer selanjutnya dapat menjadi:
a. Sembuh
sama sekali tanpa meninggalkan cacat.
b.
Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa
garis – garis fibrotik, dan kalsifikasi dihilus.
c.
Berkomplikasi dan menyebar kesekitarnya, ke paru
disebelahnya, dapat juga tertelan bersama sputum dan ludah, sehingga menyebar
ke usus dan ke organ tubuh lainnya.
Kuman yang dormant pada
tuberkulosis primer akan muncul bertahun – tahun kemudian sebagai tuberkolosis
post primer.
4.
Klasifikasi
Tuberkolosis Paru.
Dep.Kes. RI
(2001), membagi tuberkolosis paru menjadi dua, berdasar hasil pemeriksaan
dahak, yaitu :
a.
Tuberkolosis paru BTA positif, apabila sekurang - kurangnya 2 dari 3
spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif atau 1 spesimen dahak hasilnya BTA
positif dan foto rontgen dada
menunjukkan gambaran tuberkolosis aktif.
b.
Tuberkolosis paru BTA negatif, apabila pada
pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif dan foto rontgen dada
menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif .
5. Tanda dan Gejala.
Gejala umum tuberkulosis paru adalah batuk terus menerus
dan berdahak selama 3 (tiga) minggu atau lebih. Gejala lain, yang sering
dijumpai adalah dahak bercampur darah, batuk darah, sesak napas dan rasa nyeri
dada, badan lemah, nafsu makan menurun, rasa kurang enak badan (malaise),
berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan, demam (meriang lebih dari sebulan
(Dep.Kes. RI, 2001).
6.
Pemeriksaan Diagnostik.
a.
Kultur sputum : Positif untuk mycobacterium
tuberkulosis pada tahap akhir penyakit.
b.
Foto torak : Dapat menunjukkan infiltrasi lesi
awal pada area paru atas, simpanan kalsium lesi sembuh primer, atau efusi
cairan. Perubahan menunjukkan lebih luas
TB dapat termasuk rongga, area fibrosa.
c.
Pemeriksaan fungsi paru : Penurunan kapasitas
vital, peningkatan rasio udara residu dan kapasitas paru total, dan penurunan
saturasi oksigen sekunder terhadap infiltrasi parenkim/fibrosis, kehilangan
jaringan paru, dan penyakit pleural (TB
paru kronis luas)
BERSIHAN JALAN NAFAS TIDAK EFEKTIF
A.
Pengertian.
Bersihan jalan nafas tak efektif
adalah suatu kondisi dimana individu mengalami ancaman pada kondisi pernafasannya
berkenaan dengan ketidakmampuan batuk secara efektif (Carpenito, 1998).
B.
Pengertian.
Seperti
dijelaskan oleh Doenges (1999), antara lain karena :
1.
Upaya batuk buruk.
2.
Peningkatan produksi sekret.
3.
Sekresi tertekan, tebal.
4.
Sekresi kental atau sekret darah.
5.
Penurunan energi/kelemahan.
6.
Edema trakeal/faringeal.
C.
Tanda dan Gejala.
Menurut Mi Ja Kim, dkk (1994), kemungkinan tanda –
tandanya adalah sebagai berikut :
1.
Bunyi napas tidak normal (ronkhi, mngi), relas
(krakels).
2.
Perubahan pada kecepatan dan kedalaman
pernapasan.
3.
Takipnea, dispnea.
4.
Batuk, efektif atau tidak efektif, dengan atau
tanpa sputum.
5.
Sianosis.
D.
Akibat Lanjut.
1.
Tak dapat bernafas secara spontan.
2.
Terjadi Hipoksia.
3.
Terjadi infeksi saluran pernapasan.
4.
Aktivitas/kebutuhan sehari – hari terganggu
karena kelemahan.
Akibat di atas dijelaskan
oleh Mi Ja Kim, dkk (1994)
E.
Cara Perawatan.
Doenges (1998), menyebutkan ada beberapa intervensi yang dapat
dilakukan untuk mencegah atau mengurangi masalah bersihan jalan nafas tak
efektif, antara lain sebagai berikut :
1.
Mempertahankan masukan cairan sedikitnya 2500
ml/hari untuk membantu pengenceran sekret.
2.
Menggunakan metode pengontrolan batuk yang
benar, yaitu :
a.
Nafas dalam sambil duduk setegak mungkin dengan
pernafasan diafragma.
b.
Tahan nafas selama 3 – 5 detik kemudian
keluarkan perlahan – lahan melalui mulut (rongga dada bagian bawah dan abdomen harus turun ke
bawah).
c.
Tarik napas yang kedua kalinya, tahan, keluarkan
perlahan – lahan dan batukkan dengan
kuat dari dada (bukan dari bagian belakang tenggorok atau mulut) dengan
menggunakan batuk kuat tapi singkat.
3.
Istirahat saat serangan batuk dan setelah batuk/
sebelum makan.
4.
Minum obat –
obatan sesuai indikasi dan konsultasi ke dokter.